PC PMII Bukittinggi Adakan Webinar Moderasi Beragama
Sitinjausumbar.com – Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang beragam keyakinan beragama, suku bangsa, warna kulit dan tersebar dari Sabang sampai Merauke, moderasi beragama sangat dibutuhkan. Moderasi beragama merupakan aktifitas manusia dalam beragama dengan mengedapan nilai-nilai kedamaian, jalan tengah, tidak berlebih-lebihan sehingga muncul saling menghargai satu sama lain.
Demikian terungkap pada webinar Moderasi Beragama secara virtual yang diadakan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Bukittinggi, dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional dengan tema Moderasi beragama di Tengah Sosio-Kultur Kota Bukittinggi, Jumat (26/11/21). Webinar dipandu Ketua Umum PC PMII Kota Bukittinggi, Novia Yulanda dengan narasumber dari Penyuluh Agama Islam Kemenag Kota Bukittinggi Darul Aspani, S.Ag, M.H, Dosen Filsafat Institut Agama Islam Kota Bukittinggi, Dr. Zulfan Taufik, Wartawan utama Armaidi Tanjung, S.Sos, M.A, dan Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Zeki Aliwardana, S.Pd.I, M.M yang berhalangan hadir.
Penyuluh Kemenag Kota BukittinggiDarul Aspani mengatakan, titik moderasi adalah ketika kita bisa berada ditengah-tengah dalam kehidupan di masyarakat. Seperti halnya wasit, tidak berat ke kiri maupun tidak berat ke kanan.
“Kami dari penyuluh juga harus menanamkan nilai-nilai tawazun, i’tidal dan tasamuh dalam mengelola program pilot project yang dicanangkan oleh Kementerian Agama sebagai revitalisasi Kantor Penyuluhan Agama (KUA) se-Sumatera Barat,” ujar Darul dalam sesi diskusi.
Zulfan Taufik menyampaikan bahwa kegiatan moderasi beragama ini tidak bisa dilakukan jika bekerja secara perseorangan. Kita butuh bergandengan tangan dan bergotong royong untuk memberikan paradigma moderasi beragama ini sesuai dengan budaya kita.
Armaidi Tanjung berpesan dalam sesi diskusi, kalangan umum sampai mahasiswa jangan sampai tidak mempunyai guru dalam menuntut ilmu agama.
“Belajar secara mandiri itu memang bagus. Tapi jika hal-hal krusial seperti ilmu agama ini kita tidak mempunyai guru, tentu dikuatirkan kurang tepat pemahaman keagamaannya. Jangan sampai kita hanya bisa memahami apa yang kita pelajari sebagai bagian kontekstual saja. Apa lagi yang belajar hanya kepada Mbah Google saja, bisa lebih banyak keliru dalam memahami agama. Belajar agama itu haruslah kepada orang yang mumpuni, memiliki ilmu agama memadai yang ditandai lama belajar di sekolah agama, seperti di pondok pesantren,” tambah Zulfan Taufik.
Webinar berlangsung selama dua jam ini dihadiri peserta dari kalangan umum dan mahasiswa yang tergabung dalam PMII Wilayah Sumatera Utara, Wilayah Jambi, Wilayah Sumatera Barat, Wilayah Pekanbaru.